Cahaya dari Barat

Dikala Sang Mentari terbit dari timur

Nadya Sekar Ayu
5 min readDec 20, 2021

Halooo. Sudah di penghujung tahun, nih. Gimana sejauh ini rasanya? Buatku ini jadi tahun yang sangat berat. Seberat itu sampai di titik aku tidak merasakan kalau ini berat — karena perasaan yang aku coba abaikan. Aku yakin bukan cuman aku yang merasakan ini, terlebih dengan pandemik yang tidak tahu kapan akan berakhir. Banyak banget hal yang terjadi di tahun ini dan rasanya udah kaya naik roller coaster — naik turun, udah macem portfolio saham unvr.

Dalam rangka membayar hutang pada diri sendiri untuk bercerita, jadi izinkan aku untuk bercerita sedikit sembari menutup kisah di tahun 2021.

Masa depan kadang menakutkan
Penuh dengan ketidakpastian
Lebih mudah jika tak dipikirkan

Yup, akhir-akhir ini aku lagi seneng mendengarkan satu lagu dan yang tadi itu adalah salah tiga penggalan liriknya. Mau tau lagu apa? Ya, boleh dicari sendiri. Ngomong-ngomong tentang ketidakpastian, sebenernya tiap detik di hidup tuh emang isinya ketidakpastian — setidaknya itu yang aku sadari dan aku pahami baru-baru ini. Tidak ada yang pasti, bahkan kalau aku sekedar ditanya mau makan apa juga jawabannya tidak pasti. Kalau boleh jujur, tahun ini jadi tahun dengan penuh ketidakpastian yang luar biasa buat pikiran jadi overthinking.

Awal tahun aku diserang oleh gelombang ketidakpastian, baik dalam masalah di tempat kerja sampai masalah pribadi HEHE. Semua hal kayaknya numpuk dan buat pikiran terus bertanya-tanya kapan bakal ada kepastiannya karena orang — aku lebih tepatnya — cenderung suka sama yang pasti-pasti aja. Baik.

Gelombang ketidakpastian pertama belum usai, mulai muncul gelombang kedua. Ya, tepat di tengah tahun, hal ini muncul berbarengan dengan puncak gelombang pandemik di Indonesia. Tidak pernah terbayangkan — pernah sih, sedikit — akan ada di kondisi dengan segala ketidakpastian ini. Biasanya aku selalu melihat pengalaman orang-orang di media sosial dan ternyata dengan berat hati akhirnya aku merasakan hal itu. Deg. Semuanya terasa ga pasti. Bahkan untuk dapet udara yang kita hirup setiap hari pun nyatanya ga pasti. Fokusku terpecah ketika harus siap menghadapi ketidakpastian di dua rumah yang berbeda.

Masih belum selesai sampai di situ, gelombang ketidakpastian terus muncul bahkan hingga akhir tahun. Aku tidak bisa menceritakannya, tapi yang jelas ketidakpastian itu masih terus ada membuntuti—memang sudah melekat aja, sih.

Tapi tapi tapi, dari semua ketidakpastian itu, aku malah menemukan berbagai hal yang patut aku syukuri. Semua ketidakpastian ini malah membawa aku ke titik syukur ini. Dan karena itu, aku mau menceritakan 2 dari banyak hal yang aku syukuri dan terjadi di akhir tahun 2021.

Tempatku bertemu dengan orang-orang baru — lebih banyak teman lama, sih — yang inspiratif.

Namanya Chitchatclub.id bisa di cek di Instagram atau bentar lagi bisa liat di website-nya (nanti kalau udah rampung, ya hehe)

Yup, kalau kalian tahu aku mungkin akan sedikit kaget, karena aku pun demikian, kalau aku pada akhirnya bisa ikut di komunitas ini. Yaaa, aku jadi bagian dari komunitas yang mengharuskan aku untuk banyak ngomong dan berinteraksi sama orang. Aneh.

Ini jadi pengalaman baru karena aku tidak terbiasa bahkan cenderung malas untuk berinteraksi dengan orang. Nyatanya, aku malah jatuh — dalam lagi — ke komunitas ini. Tidak pernah terbayangkan untuk bisa jadi salah satu orang yang memulai dan memegang kendali dalam sebuah obrolan-diskusi. Biasanya, sih, nunggu orang ngajak ngobrol dulu baru ngomong HEHE.

Dengan ketidakpastian yang masih dirasakan, aku beruntung bisa bertemu dengan banyak teman baru yang super duper inspiratif meskipun belum pernah bertemu dengan semuanya secara langsung. Kami bisa saling bercerita satu sama lain, tentang apapun. Aku juga merasa senang karena bisa berbagi dengan mereka yang sama-sama berjalan dalam ketidakpastian.

Tempatku belajar untuk tidak terbelenggu oleh ketakutan

Lukisan-lukisan luar biasa dari adik-adik sholeh dan sholehah

Sebenarnya, tempat sebelumnya pun jadi tempat di mana aku belajar untuk keluar dari belenggu ketakutan. Begitu juga di tempat ini.

Aku suka dunia anak-anak, tapi aku kurang nyaman ketika harus banyak berinteraksi dengan mereka. Rasanya aku harus mengeluarkan semua energi yang aku punya untuk bisa ikut bermain bersama mereka. Capek. Terlebih ketidakmampuanku untuk memulai pembicaraan dengan anak-anak — sama yang dewasa aja bingung.

Ketika aku coba untuk ikut kegiatan di tempat ini, aku mulai merasakan hal yang berbeda. Tidak mudah memang untuk bisa terus aktif bergerak dan berbicara. Namun, senangnya diriku bisa bercanda, bercerita, dan mendengar cita-cita besar mereka yang ingin menjadi orang hebat dan bermanfaat untuk dunia.

“Aku mau jadi guru, supaya bisa berbagi dan mengajarkan segala hal sama teman-teman.”

“Kalau aku, aku mau jadi dokter hewan, biar bisa nyembuhin kucing-kucing yang ada di jalanan.”

“Aku aku. Aku mau jadi koki, biar bisa masakin dan berbagi sama semua orang masakan yang enak.”

Oh, sungguh senang sekali aku mendengarkan mimpi dan cita-cita mereka.

Dengan mendengar cita-cita mereka, aku jadi belajar bahwa ketidakpastian jangan sampai menghalangi mimpi dan cita-cita besar yang dimiliki. Ketidakpastian akan apa yang terjadi ke depannya jangan dijadikan sebagai musuh, tapi jadi acuan untuk tetap teguh.

Kedua tempat itu akhirnya menyadarkan aku bahwa selama ini aku terbelenggu oleh ketakutan. Aku takut tidak bisa jadi orang yang menyenangkan untuk diajak berbicara. Aku merasa dituntut untuk selalu bisa membawa suatu topik pembicaraan dan menjaga suasana obrolan. Padahal, tidak selamanya hal itu harus aku lakukan.

Kadang kita tidak perlu bicara, cukup mendengarkan apa yang mereka katakan.

Aku juga merasa banyak perubahan yang terjadi dalam satu tahun ke belakang. Semoga saja perubahannya positif dan bermanfaat. Kalau ada komentar, kritik, dan saran, boleh banget kirim lewat surat — ga deng, bercanda. Lewat mana aja boleh kalau memang ada.

Saat aku dan kamu bicara
Tentang harapan dan cita-cita
Semua yang kita damba
Akan terasa seperti
Amat nyata

Masih melanjutkan kisahku di atas, aku bersyukur karena selalu punya tempat untuk bercerita yang menenangkan hati—seperti penggalan lirik lanjutan di atas—sembari menjalani berbagai ketidakpastian. Terima kasih pun rasanya tak akan pernah cukup untuk aku utarakan. Namun, kemarin, seorang teman bertanya “kamu mau berterima kasih kepada siapa di tahun 2021?”, aku jawab akan berterima kasih kepada…aku.

Terima kasih, karena masih percaya bahwa apapun yang terjadi di kehidupan dengan segala ketidakpastian adalah rencana terbaik-Nya dan pasti akan selalu ada pelajaran yang bisa diambil.

Terima kasih karena masih percaya bahwa segala masalah yang dihadapi pasti tidak akan lebih dari kemampuan yang dimiliki, ucap-Nya.

Terima kasih sudah terus mau berusaha dan kemudian berserah kepada-Nya.

Dan terima kasih karena masih ada, sesuai kehendak-Nya.

Lewat semua hal baik yang terjadi aku sadar bahwa—

Indah bukan Cahaya dari Barat?

Dengan segala ketidakpastian yang masih akan terus ada, aku cukupkan ceritaku di tahun 2021 ini. Terima kasih sudah menjadi tahun yang berharga. Ceritanya mau bilang sampai bertemu lagi 2021, tapi tidak mungkin juga. Jadi…sampai bertemu lagi, kamu? Semoga hari-harimu akan selalu menjadi petualangan yang menyenangkan. Mari bertualang di tahun 2022 dan terima kasih, kamu.

Nih, yang mau tau lagunya boleh di cek-cek 123:

Minggu, 19 Desember 2021
Atas perhatian Saudara, jangan lupa olah raga.

--

--